Secara umum, ada dua masalah yang paling banyak disampaikan pembaca
melalui email: utang dan arus kas (cash flow). Arus kas keuangan
pribadi terganggu akibat utang. Makin banyak utang, makin sulit
melakukan strategi pengelolaan keuangan.
Karena itu, masalah
utang ini memang menarik. Apalagi, banyak yang terjerat akibat gaya
hidup tidak seimbang dengan pendapatan. Bahkan dari pengalaman saya di
kantor, banyak perusahaan minta kami membantu permasalahan karyawan
mereka terkait utang yang sepertinya mission impossible.
Selain itu,
kalau mengingat masa lalu, saya pun pernah memiliki pengalaman buruk
dengan utang besar terkait bisnis yang saya jalankan. Bebannya membuat
kita merasa cepat tua dan tidak bisa tidur! Utang membuat hidup tidak
tenang.
Dari sisi spiritual, utang memang tidak pernah
dianjurkan dan selalu menjadi opsi terakhir dalam kehidupan. Bahkan
dalam Islam, orang-orang yang berutang bisa dikategorikan sebagai
golongan yang berhak menerima sedekah. Tapi, golongan pengutang untuk
kebutuhan hidup, bukan demi gaya hidup.
Beban utang memang harus
dihindari. Tapi jika sudah terlanjur dan Anda ingin melepaskan beban
itu, syarat utama yang mesti dipenuhi adalah mau mengubah gaya hidup.
Perubahan finansial tidak akan terjadi sepanjang Anda tidak mau
berkorban dan berkompromi dengan gaya hidup saat ini.
Anda harus mau hidup sesuai dengan kelayakan. Bantuan profesional bisa bermanfaat, seandainya Anda memiliki kemauan kuat.
Kalau begitu, apakah kita tidak boleh berutang?
Tergantung.
Ada dua kategori utang: produktif dan konsumtif. Selama yang Anda
miliki adalah utang konsumtif, saya merekomendasikan sebaiknya tidak
memiliki sama sekali. Apapun argumennya, termasuk iming-iming bunga nol
persen.
Cobalah hitung dengan cermat. Akibat cicilan yang Anda
bayarkan setiap bulan untuk utang konsumtif, apalagi ditambah bunga
tinggi, sesungguhnya Anda telah kehilangan kesempatan besar. Di
antaranya, mengalihkan dana tersebut untuk investasi.
Cermati
pula barang yang sudah terlanjur Anda beli dengan cicilan utang. Apakah
masih berguna seperti sedia kala? Jangan-jangan keberadaannya pun sudah
tak jelas. Selain itu, bagaimana pula dengan nilai ekonomisnya jika
dijual sekarang?
Anda harus waspada karena lembaga keuangan
penyedia utang akan menyerang dengan beragam strategi membius.
Memberikan kesan bahwa Anda dapat memiliki sesuatu dengan mudah dan
ringan, serta dapat mewujudkan keinginan saat ini juga.
Berhati-hatilah
saat memutuskan untuk mengambil kredit tersebut. Anda akan memiliki
kewajiban melunasinya di masa depan. Apakah Anda memiliki kemampuan
untuk membayar kewajiban itu? Cicilannya seolah ringan. Tapi ingat, Anda
tetap harus menghitung, idealnya setiap bulan jangan lebih dari 30
persen pendapatan rutin.
Terkadang, tanpa berpikir panjang, kita
terlalu sering membeli sesuatu yang sesungguhnya belum layak kita
miliki. Sekadar ingin memberikan kesan “kita keren atau hebat” pada
orang yang sebetulnya tidak bermakna bagi kehidupan kita. Bahkan mereka
pun tidak peduli dengan kita.
Cobalah lebih peduli dengan masa
depan Anda dibandingkan apa yang orang lain pikirkan tentang kita.
Karena satu-satunya yang harus disalahkan apabila Anda tidak dapat hidup
sejahtera di masa depan adalah diri Anda sendiri.
Ikuti terus
artikel saya, karena saya akan mulai membahas bagaimana strategi
terbebas dari utang konsumtif. Untuk Anda yang memiliki berbagai masalah
keuangan dan ingin berkonsultasi lebih jauh, silakan email ke tanyadwita@yahoo.com. Siapa tahu Anda termasuk yang beruntung untuk kami undang menjadi klien kami tanpa dipungut bayaran.
To Serenity,
Dwita Ariani, MM, RFA, RIFATwitter: @BundaWita
Financial educator dari Zelts Consulting
Sumber : http://id.berita.yahoo.com/masih-mungkinkah-berutang-074704198.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Belum ada tanggapan untuk "Masih Mungkinkah Berutang?"
Posting Komentar