Penulis : Andrie Wongso
Dikisahkan, ada seorang gadis muda yang bertekad membantu desa asalnya yang miskin dan terbelakang. Dia rajin mengusahakan segala daya upaya untuk bisa menghasilkan uang guna membeli buku dan perlengkapan sekolah anak-anak di sana. Tetapi, sehebat apapun usahanya, terasa masih saja serba kekurangan.
Dikisahkan, ada seorang gadis muda yang bertekad membantu desa asalnya yang miskin dan terbelakang. Dia rajin mengusahakan segala daya upaya untuk bisa menghasilkan uang guna membeli buku dan perlengkapan sekolah anak-anak di sana. Tetapi, sehebat apapun usahanya, terasa masih saja serba kekurangan.
Hingga suatu hari, dia mendapatkan janji bertemu dengan seorang kaya di
kota, dengan harapan si tuan kaya mau memberi sumbangan uang. Setelah
bertemu, si gadis muda menceritakan keadaan desanya dan sarana
pendidikan yang jauh dari memadai serta memohonkan bantuan untuk mereka.
Dengan nada bosan dan tidak bersahabat, tuan kaya berkomentar santai,
"Gadis muda. Kamu salah alamat. Di sini bukan badan amal yang memberi
sumbangan cuma-cuma. Kalau memang anak-anak desamu tidak bisa sekolah,
ya itu nasib mereka. Kenapa aku yang harus membantu?"
Tampak dia tidak mempercayai sedikitpun ketulusan gadis muda di
hadapannya. Dengan pandangan tidak berdaya dan putus asa, si gadis tahu,
usahanya telah gagal.
Tetapi sebelum pergi, dia mencoba berusaha yang terakhir, "Tuan, kalau
boleh, apakah saya bisa meminjam sekantong bibit unggul biji kacang yang
tuan hasilkan selama ini? Anggaplah hari ini tuan telah membantu kami
dan saya berjanji tidak akan mengganggu tuan lagi."
Dengan heran dan karena ingin segera mengusir si gadis, tanpa banyak
cakap, segera diberinya sekantong bibit kacang tanah yang diminta.
Sepulang dari sana, si gadis memulai gerakan menanam biji kacang tanah
di atas tanah penduduk miskin, dengan tekad sebanyak satu kantong biji
kacang tanah, akan menghasilkan kacang sebanyak yang bisa tumbuh di
sana.
Usahanya berhasil. Dan beberapa saat setelah panen, si gadis kembali
mendatangi si hartawan, "Tuan, saya datang kemari dengan tujuan untuk
mengembalikan sekantong biji kacang tanah yang saya pinjam waktu itu."
Lalu si gadis menceritakan keberhasilan mereka menanam hingga memanen, dari sekantong biji kacang menjadi sebanyak itu. Si tuan kaya terkesan dengan hasil usaha dan ketulusan si gadis muda dan berkenan datang ke desa meninjau.
Lalu si gadis menceritakan keberhasilan mereka menanam hingga memanen, dari sekantong biji kacang menjadi sebanyak itu. Si tuan kaya terkesan dengan hasil usaha dan ketulusan si gadis muda dan berkenan datang ke desa meninjau.
Dia sangat terkesan dan kemudian malahan menyumbangkan alat-alat
pertanian, mengajarkan cara bertani yang baik, dan membeli semua hasil
panen yang dihasilkan desa tersebut. Tiba-tiba kehidupan di desa itu
berubah total. Mereka mampu menghasilkan uang, hidup lebih sejahtera,
dan mampu membangun sekolah untuk pendidikan anak-anaknya. Sungguh
perjuangan seorang gadis muda yang membanggakan dan nyata! Tidak ada
usaha yang sia-sia! Seluruh penduduk desa selalu bersyukur dan berterima
kasih atas jasa si gadis muda.
Para pembaca yang luar biasa,
Kehidupan di dunia ini sangat realistis. Saat kita dalam keadaan lemah,
mundur, gagal, banyak orang mencemooh kita. Saat kita ingin memulai
usaha atau ada ide-ide baru yang mau kita kerjakan, ada saja orang yang
tidak mau membantu tetapi meremehkan, menghina dan memandang sebelah
mata. Ya, tidak usah marah, dendam ataupun membenci. Lebih baik
siapkan segalanya secara maksimal dan perjuangkan sampai berhasil.
Setelah ada bukti sukses baru orang akan percaya dan lambat atau cepat
akan memberi pengakuan pada kita.
Tapi jangan heran, saat kita sukses ada pula orang yg menunggu kapan kita jatuh. Maka
yang paling utama adalah sikap kita. Sewaktukita gagal dan diremehkan
tidak marah. Sewaktu kita sukses, tidak lupa diri. Walaupun sukses tetap
rendah hati dan bersahaja. Dan, tetap optimis menciptakan kesuksesan
yang lebih besar.
Salam sukses luar biasa!!!
Belum ada tanggapan untuk "Sekantong Bibit Kacang Tanah"
Posting Komentar