Seringkali manusia merasa bangga dengan keberhasilannya. Misalnya, seseorang yang lulus ujian masuk perguruan tinggi. Bisa dimaklumi jika ia merasa senang akan keberhasilannya. Namun, patutkah ia merasa sombong, menganggap kecerdasannya sebagai penentu utama kelulusan itu?
Marilah bernalar untuk menjawab pertanyaan di atas. Mari kita coba pikirkan secara jujur apa saja yang menjadikan orang tersebut lulus dalam ujiannya.
Tak dipungkiri, persiapan matang dan kerja kerasnya dalam belajar merupakan penentu penting. Tapi mungkinkah ia belajar keras tanpa makan, minum, penerangan, buku, alat tulis, lembaga pendidikan? Jawabannya: mustahil. Artinya, orang-orang yang berjasa dalam tersedianya bahan makanan dan minuman seperti petani, pedagang, pembuat sumur, petugas penjernihan air, dan sebagainya, juga bersumbangsih dalam kelulusannya. Ini bermakna pula keberhasilannya tak luput dari jasa karyawan perusahaan listrik, pegawai perusahaan buku, kertas, alat tulis, penerbitan, guru dan karyawan lembaga pendidikan.
Keberhasilannya dikarenakan pula dukungan sarana transportasi ke tempat ujian. Orang-orang yang turut menghasilkan kendaraan, membuat jalan, menjadi sopir angkutan atau petugas perusahaan bahan bakar minyak juga turut andil dalam memperlancar dirinya sampai di tempat ujian dengan selamat. Saudara, tetangga, orang di jalanan yang ia lalui di hari ujian, bahkan semua orang di sekelilingnya pun termasuk yang menentukan keberhasilannya. Mengapa? Sebab di hari itu, tak satu pun dari mereka yang melakukan perbuatan yang berakibat gagalnya ia menempuh ujian.
Jika dihitung semua, sekitar puluhan bahkan mungkin hingga ribuan orang yang sebenarnya turut andil dalam kelulusannya. Segala kecerdasan otak dan persiapan matangnya takkan menjadikannya lulus ujian jika perjalanannya ke tempat ujian mengalami kecelakaan mematikan akibat sopir angkutan umum yang ceroboh, atau orang jahat yang melukainya hingga parah untuk merampoknya menjelang ujian, dan sebagainya. Kesimpulannya, seluruh orang yang turut berjasa, namun yang seringkali ia lupakan ini, seolah melakukan tugasnya masing-masing demi memudahkannya lulus ujian masuk perguruan tinggi. Padahal ia sama sekali tak pernah meminta, memerintahkan atau mengendalikan mereka semua untuk membantu mewujudkan cita-citanya.
Demikianlah, tidak sepatutnya orang merasa sombong dan hebat dengan pencapaiannya. Sebaliknya, kebahagiaan karena keberhasilan itu hendaknya diiringi rasa terima kasih kepada orang lain yang telah ikut berjasa, rasa syukur dan rendah diri di hadapan Allah, Pemberi sejati keberhasilan itu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Belum ada tanggapan untuk "RIBUAN ORANG TURUT BERJASA"
Posting Komentar